Fahrul Rizal
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
Jika hidupmu penuh masalah. Mungkin ada yang salah dengan katamu.
Perbaiki katamu, maka hidupmu akan baik.
Kita hidup dalam dunia kata-kata, ketika orang-orang kumpul bersama, bermain, bertanding, menyatakan cinta, dan bahkan mengucap ijab kabul semuanya menggunakan kata. Kebanyakan orang-orang melakukan tanggapan dengan berbicara, Alhasil, setiap masalah dalam kehidupan kita tidak pernah lepas dari menggunakan kata. Kita juga kadang berbicara meskipun tidak ada orang lain (Self talk).
Kata-kata tidak bisa mengubah realitas tapi kata-kata dapat mengubah cara orang memandang sebuah realitas ujar Uun Nurcahyanti. Ternyata sebuah kata mampu menciptakan filter yang digunakan orang untuk melihat dunia sekitarnya. Hanya dengan satu kata, dapat membuat orang menyukai sesuatu bahkan sebaliknya. Seperti, jika kita bertemu orang untuk pertama kalinya dan orang lain mengatakan bahwa ia adalah orang yang tidak dapat dipercaya, maka kata-kata tersebut secara otomatis mempengaruhi penilaian bahwa orang yang akan kita temui itu sulit untuk dipercaya. Bahkan setelah itu, kamu akan cenderung memandang negatif segala omongan dan sikap orang tersebut.
Pia Aravena dan rekan-rekannya, dari Institute of Cognitive Sciences di Prancis Mereka menemukan bahwa mendengarkan kata kerja yang berkaitan dengan tindakan fisik secara otomatis dapat meningkatkan kekuatan yang digunakan seseorang untuk memegang benda. Tetapi sebaliknya reaksi seperti itu tidak muncul ketika kata-kata disajikan dalam konteks negatif.
Kata-kata positif seperti “kedamaian” dan “cinta” memperkuat area lobus frontal, bagian otak yang bertindak sebagai pembangkit listrik kepribadian, emosi, kreativitas, mobilitas dan memori. Mereka mendorong pusat-pusat motivasi otak ke dalam tindakan dan menciptakan perisai dari rasa stress. Memilih dan menggunakan kata-kata positif dapat meningkatkan pola pikir dan kinerja, seperti jika kamu berkata dan memikirkan kamu bisa melakukannya, maka kamu akan benar-benar bisa melakukannya sebab kita semua memiliki kekuatan untuk menghidupkan “volition switch” atau “saklar kehendak” kita dengan memilih kata-kata, khususnya kata kerja yang memicu pola pikir positif dan memicu keinginan bebas untuk bertindak.
Penelitian lainnya tentang perubahan otak akibat kata-kata juga telah dibukukan oleh Andrew Newberg, M.D. dan Mark Robert Waldman dalam judul “Words Can Change Your Brain”. Mereka menyimpulkan bahwa satu kata punya kekuatan mempengaruhi gen yang mengatur tekanan fisik dan emosional seseorang.
****
Penguasaan terhadap bahasa melebihi atribut apapun, serta membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk memahami kemanusiaan kita, orang harus memahami atau mengetahui bahasa yang menjadikan kita sebagai manusia. Di beberapa penduduk Afrika, anak yang baru lahir disebut a kuntu, yang berarti sebuah barang dan bukan a muntu yang berarti pribumi atau orang. Hanya dengan mempelajari bahasa, anak akan menjadi manusia. Oleh karena itu, dengan kepercayaan ini, kita semua menjadi manusia karena kita setidak-tidaknya menguasai dan mengetahui bahasa. Menurut ahli filsafat dalam pengungkapan kepercayaan atau agama oleh kebanyakan orang, bahasa adalah sumber kekuatan dan kehidupan.
Bahasa juga menjadi identitas seorang dan kelompok, menjadi ciri pembeda yang paling menonjol, karena lewat bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Bahasa pun melahirkan produktifitas seperti produktifitas bahasa Indonesia dapat dilihat pada jumlah kalimat yang dibuat. Dengan kosakata yang menurut pusat bahasa hanya berjumlah lebih kurang 90.000 buah. Kita dapat membuat kalimat yang mungkin puluhan juta banyaknya. Termasuk juga dengan kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.
****
Bahasa mempunyai kekuatan yang mengikuti kekuasaan dan kapital kelompok penuturnya. Seperti, bahasa-bahasa besar di dunia mempunyai kekuatan kapital (linguistik) yang tinggi. Bahasa Cina-Mandarin, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia mendapatkan aspek kekuatan prestise karena keterkaitannya dengan pranata negara dan masyarakat penuturnya masing-masing. Bahasa Cina-Mandarin semakin berprestise dan dipelajari saat ini karena kekuatan ekonomi Tiongkok saat ini.
Bahasa bisa menopang kekuatan sosial-ekonomi penuturnya. penguasaan bahasa Cina-Mandarin, bahasa Indonesia,atau bahasa Inggris menjadi modal dan alat sosial-ekonomis yang luar biasa karena tidak didapat oleh orang yang tidak menguasainya, terkait dengan pendidikan, pekerjaan, status sosial, serta jabatan dan kepemimpinan untuk menggerakkan orang.
Terdapat simbiosis bahasa-kekuasaan yang terbentuk dan ditopang oleh ideologi kelompok, yang beperan penting dalam keberhasilan seseorang untuk memengaruhi orang lain (Fowler). Bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi, melainkan sebagai alat kekuasaan (Thomson) sebagaimana yang diutarakan Fairclough bahwa representasi kekuasaan dapat menjelma pada interaksi kelas sosial, antar kelompok dalam suatu lembaga, interaksi antar etnik, hubungan antar gender, dan bahkan hubungan orang tua dan anak.
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di dalamnya. Mampu memahami bahasa akan memungkinkan untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia, bahasa mampu mencetak sebuah kepribadian dan memproduksi suatu prilaku tertentu sebagaimana dijelaskan Foucoult bahwa “bahasa memiliki pengaruh pada rekayasa prilaku manusia, siapa yang mampu memberi nama, dialah yang menguasai”, dan menurut Thomas Szaz tentang bahasa “jika di dunia hewan berlaku hukum makan dan dimakan, maka di dunia manusia berlaku hukum membahasakan atau dibahasakan.”
Bahasa seringkali digunakan sebagai media penguasaan, hal ini disebabkan karena bahasa dapat memaksakan pandangan konseptual pemakai bahasa. Dengan cara inilah bahasa mampu mempengaruhi pikiran dan tindakan manusia. Hidup adalah tentang kata, positif versus negatif. Apa pun yang kamu pilih akan memengaruhi dan kemungkinan besar mencerminkan hasilmu. Berkata baiklah!.