Opini

Kartini di Masa Kini: Antara Peran dan Harapan

11
×

Kartini di Masa Kini: Antara Peran dan Harapan

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ria Pranita Majir

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Makassar

***

Di tengah gejolak kesenjangan sosial yang kerap terjadi, menjadi seorang perempuan di masa kini bukanlah hal yang mudah. Perempuan masih terus dihadapkan pada standar ganda. Kategori “perempuan yang baik” masih sering dilekatkan kepada mereka yang mampu melakukan segalanya di ranah domestik: mengurus rumah, memasak, membesarkan anak, hingga melayani suami bila telah berkeluarga.

Namun di sisi lain, saat berada di luar rumah, perempuan juga dituntut untuk berani menyampaikan pendapat dan bisa melakukan banyak hal. Acapkali perempuan yang lahir dari dua dimensi ini tumbuh menjadi pribadi yang cenderung mandiri, tegas, bahkan kadang dianggap egois. Tidak sedikit pula yang melabelinya sebagai sosok keras kepala.

Meskipun demikian, dampak positif dari didikan dan pengalaman tersebut adalah munculnya kemampuan untuk menyeimbangkan diri sesuai dengan situasi dan kondisi. Namun, sejatinya perempuan juga manusia biasa yang tidak selalu bisa tetap seimbang dalam setiap keadaan, karena banyak faktor yang memengaruhi.

Pada akhirnya, hanya pendidikanlah yang bisa menyelamatkan perempuan. Pendidikan menjaga cara berpikir agar tetap realistis dan waras dalam menghadapi realita kehidupan. Akan tetapi, perlu ditegaskan pula bahwa bukan hanya pendidikan yang mampu menjaga ketenangan pikiran.

Agama memiliki peran penting sebagai navigator kehidupan. Ia melembutkan jiwa dan menentramkan hati. Sebab kadangkala, pikiran waras tidak cukup untuk menjadi penenang.

Menjadi Kartini di masa kini bukanlah sesuatu yang mudah. Ini adalah perjuangan yang senyap namun nyata di balik senyum, tanggung jawab, dan harapan yang terus dihidupi oleh setiap perempuan Indonesia.

Sebagai kesimpulan menjadi perempuan di masa kini adalah sebuah perjuangan yang kompleks. Tuntutan peran ganda di dalam dan di luar rumah membentuk perempuan menjadi sosok yang mandiri dan tegas, namun juga rentan terhadap tekanan. Pendidikan menjadi kunci utama untuk menjaga cara berpikir yang realistis dan sehat, sementara agama berperan penting sebagai penyejuk jiwa dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Di tengah segala ekspektasi dan tantangan, menjadi Kartini masa kini bukanlah hal yang mudah, namun tetap layak diperjuangkan.

Example 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *